Cari Blog Ini

Selasa, 20 Februari 2018

Inventarisasi Satwa Liar

INVENTARISASI SATWA LIAR

Dalam perkembangan metode inventarisaasi satwaliar dibutuhkan suatu metode yang dapat memberikan hasil dengan cepat. Metode-metode dengan rapid assessment (penilaian cepat) dikembangkan untuk menilai keanekaragaman hayati dalam suatu kawasan. Selain itu pendugaan populasi satwaliar dalam rangka pengelolaan atau monitoring dapat mengunakan bermacam-macam metode inventarisasi. Salah satunya yaitu dengan menggunakan jalur.

Pembuatan jalur inventarisasi satwaliar di lapangan, bisa dilakukan dengan berbegai metode yang menggunakan jalur. Metode-metode inventarisasi satwaliar yang menggunakan jalur adalah metode IPA (Index Point of Aboudance), metode Transek dengan Lebar Tetap (Transect with Fixed Width), metode Transek dengan Lebar Tidak Tetap (Transect with Variable Width), Metode Penghitungan Suara (Call Count), Metode Penghitungan Populasi Berdasarkan Adanya Sarang (Nest Count), Triangle Call Count Method, dan lainnya.

Penempatan jalur ini dapat dilakukan dengan cara acak melalui petak atau ditempatkan pada daerah-daerah yang merupakan tempat berkumpulnya satwa yang akan diinventarisasi (hasil survey pendahuluan atau hasil studi pustaka). Namun dalam penerapan di lapangan pembuatan jalur ini mendapat berbagai macam kendala seperti kondisi topografi, keadaan vegetasi yang rapat, dan lainnya.

Masalah topografi yang menghambat dalam pembuatan jalur inventarisasi satwaliar diantaranya adalah jurang, sungai yang besar yang memotong jalur, tanjakan dengan kelerangan yang cukup curam, dan lainnya. Pada vegetasi yang rapat sulit untuk dilewati dan juga sulit untuk membuat jalur.
Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut dapat dilakukan dengan cara membelokkan jalur untuk menghindari kondisi-kondisi yang sulit tersebut. Selain itu pembuatan jalur juga tidak mutlak harus lurus karena kondisi lapangan yang dinamis (berubah-ubah).

Alternatif lain yang dapat dilakukan adalah dengan mengikuti atau memakai jalur setapak yang sudah ada. Hal ini dilakukan karena biasanya jalan setapak tersebut bisa dikatakan cukup lurus. Jadi dalam penentuan metode inventarisasi dengan jalur, hal perlu ditekankan adalah bahwa jalur yang dibuat tidak mutlak harus lurus, jalur yang dibuat dapat dibuat dengan menyesuaikan dengan kondisi alam. Hal ini dilakukan untuk mempermudah inventarisasi satwaliar yang dilakukan, selain itu juga untuk menghindari terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan seperti kecelakaan.

Secara umum metode jalur inventarisasi satwaliar merupakan metode inventarisasi yang cepat dan mudah untuk dilakukan karena hanya tinggal mengikuti jalur yang ada dan mencatat satwaliar yang ditemui baik itu dari samping jalur, belakang jalur, maupun didepan jalur. Walaupun metode jalur ini juga memiliki kekurangan, tetapi metode jalur inventarisasi satwaliar ini sering dipakai untuk inventarisasi satwaliar.

 Satwaliar  merupakan  komponen  yang  sangat  penting  dalam  suatu  sistem ekosistem.  Komponen  yang  satu  akan  saling  terkait  dengan  komponen  lainnya sehingga  akan  saling  mempengaruhi.  Hilangnya  salah  satu  komponen  akan  sangat berpengaruh terhadap keseimbangan ekosistem tersebut. Berbagai  usaha  dilakukan  untuk  melindungi  satwa  liar  karena  satwa  liar  memiliki banyak manfaat. Salah satu jenis satwa liar adalah rusa totol (Axis axis). Pemanfaatan rusa tersebut berupa tanduk, kulit, dan dagingnya. Istana Bogor merupakan salah satu tempat yang memiliki peliharaan rusa totol dengan jumlah yang sangat banyak. Rusa totol berkeliaran di halaman Istana Bogor  dengan maksud dan tujuan yang lain yaitu  untuk memperindah halaman istana. Jumlah awal rusa totol di halaman Istana Bogor adalah  enam  pasang  dan  berfungsi  sebagai  sarana  keindahan  istana  (Trubus  1996). Rusa totol tersebut didatangkan ke Indonesia oleh Pemerintah Inggris pada tahun 1811 dari India. 

Kegiatan inventarisasi satwa liar merupakan kegiatan pengumpulan data / informasi tentang suatu jenissatwa liar. Data dan inventarisasi minimal yang harusdihasilkan mencakup jumlah jenis dan individu, ukuran dan struktur populasi,serta penyebaran dan pergerakan (Bibby, dkk., 1998).

Parameter populasi merupakan besaran/ukuran yang dapat dijadikan bahan untuk ditindak lanjuti pada aktivitas manajemen terhadap populasi. Dimana jumlahmerupakan variabel yang menggambarkan banyaknya individu dalam populasi. Sedangkan kelimpahan (abundance) merupakan variabel yang menggambarkanukuran/banyaknya populasi secara relatif. Berdasarkan hasil populasi maka dapat ditentukan kepadatan suatu spesies, dimana kepadatan (density) merupakan besaran populasi yang berkaitan dengan jumlah setiap unit luas atau ruang(Bibby, dkk., 1998).

Jumlah satwa liar pada habitatnya di alam bebas (hutan), merupakan salah satu bentuk kekayaan dan keanekaragaman (biodiversity) sumberdaya alam hayati, karena itu perlu dilakukan perlindungan. Untuk dapat melakukan perlindungan perlu diketahui jumlah dan sebarannya pada habitat satwa liar. Penentuan jumlah satwa liar tersebut dapat dilakukan berbagai metode sensus yang memudahkan kita untuk melakukan estimasi. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui jumlah kepadatan dan jenis satwa di Intitut Pertanian Bogor, Dramaga. Di samping itu juga untuk mengetahui berbagai index keragaman jenis (Bibby, dkk., 1998).

Dalam perkembangan metode inventarisaasi satwa liar dibutuhkan suatu metode yang dapat memberikan hasil dengan cepat. Metode-metode dengan rapid assessment (penilaian cepat) dikembangkan untuk menilai keanekaragaman hayati dalam suatu kawasan. Selain itu pendugaan populasi satwa liar dalam rangka pengelolaan atau monitoring dapat mengunakan bermacam-macam metode inventarisasi. Salah satunya dengan menggunakan jalur (Agusryansah, 2010).

Pembuatan jalur inventarisasi satwa liar di lapangan, bisa dilakukan dengan berbegai metode yang menggunakan jalur. Metode-metode inventarisasi satwa liar yang menggunakan jalur adalah metode IPA (Index Point of Aboudance), metode Transek dengan Lebar Tetap (Transect with Fixed Width), metode Transek dengan Lebar Tidak Tetap (Transect with Variable Width), Metode Penghitungan Suara (Call Count), Metode Penghitungan Populasi Berdasarkan Adanya Sarang (Nest Count), Triangle Call Count Method, dan lainnya (Agusryansah,2010).

Penempatan jalur ini dapat dilakukan dengan cara acak melalui petak atau ditempatkan pada daerah-daerah yang merupakan tempat berkumpulnya satwa yang akan diinventarisasi (hasil survey pendahuluan atau hasil studi pustaka). Namun dalam penerapan di lapangan pembuatan jalur ini mendapat berbagai macam kendala seperti kondisi topografi, keadaan vegetasi yang rapat, dan lainnya (Agusryansah, 2010).

Masalah topografi yang menghambat dalam pembuatan jalur inventarisasi satwa liar diantaranya adalah jurang, sungai yang besar yang memotong jalur, tanjakan dengan kelerangan yang cukup curam, dan lainnya. Pada vegetasi yang rapat sulit untuk dilewati dan juga sulit untuk membuat jalur.
Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut dapat dilakukan dengan cara membelokkan jalur untuk menghindari kondisi-kondisi yang sulit tersebut. Selain itu pembuatan jalur juga tidak mutlak harus lurus (Tobing, 2008). 

Dalam penentuan metode inventarisasi dengan jalur, hal perlu ditekankan adalah bahwa jalur yang dibuat tidak mutlak harus lurus, jalur yang dibuat dapat dibuat dengan menyesuaikan dengan kondisi alam. Hal ini dilakukan untuk mempermudah inventarisasi satwa liar yang dilakukan, selain itu juga untuk menghindari terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan seperti kecelakaan.

Secara umum metode jalur inventarisasi satwa liar merupakan metode inventarisasi yang cepat dan mudah untuk dilakukan karena hanya tinggal mengikuti jalur yang ada dan mencatat satwa liar yang ditemui baik itu dari samping jalur, belakang jalur, maupun didepan jalur. Walaupun metode jalur ini juga memiliki kekurangan, tetapi metode jalur inventarisasi satwa liar ini sering dipakai untuk inventarisasi satwa liar (Kuswanda, 2010).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar