Cari Blog Ini

Selasa, 20 Februari 2018

TANAMAN CENGKEH DAN PROSPEK PERKEMBANGANNYA DI INDONESIA

TANAMAN CENGKEH DAN PROSPEK PERKEMBANGANNYA DI INDONESIA

PAPER



KELOMPOK:
FAHRIAN SYAHWINDRA (140304117)
ANDINI SULVYAH R (140304129)






PENGELOLAAN PERKEBUNAN
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2016


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan karuniaNya kami dapat menyelesaikan tugas  ini.
Adapun judul dari tugas  ini adalah "TANAMAN CENGKEH DAN PROSPEK PERKEMBANGANNYA DI INDONESIA“ yang merupakan tugas dari mata kuliah Pengelolaan Perkebunan, Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak     Ir. Sinar Indera Kesuma, M.si. (NIP:196509261993031002) selaku dosen pengajar mata kuliah Pengelolaan Perkebunan yang telah membimbingpenulis hingga dapat menyelesaikan tuga ini dengan sebiaik-baiknya.

Penulis menyadari, dalam tugas ini masih banyak kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan dan kesempurnaan tugas ini diwaktu yang akan datang. Semoga tugas  ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Medan,      Maret 2017
Penulis          
DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR i  
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan Penulisan 1
C. Manfaat Penulisan 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Sejarah Singkat Cengkeh 4
B. Syarat Tumbuh 5
C. Teknis Budidaya 6
D. Kalsifikasi dan Standar Mutu 8
E. Faktor Kritis 8
F. Rendemen 9

BAB III PEMBAHASAN
A. Perkembangan Perkebunan Cengkeh 10
B. Usaha Menigkatkan Agroindustri Cengkeh 14
C. Tujuan Investasi Cengkeh 15

BAB IV KESIMPULAN 
A. Kesimpulan  

DAFTAR PUSTAKA


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Cengkeh merupakan salah satu komoditas sub-sektor perkebunan yang sebagian besar diusahakan oleh perkebunan rakyat. Hasil utama tanaman cengkeh adalah bunganya yang dipanen pada saat kelopak bunga belum mekar. Bunga cengkeh kering merupakan salah satu bahan baku utama untuk rokok kretek yang merupakan rokok khas Indonesia. 

Pada awal tahun 1990, total areal cengkeh mencapai sekitar 700.000 ha dengan produksi 120.000 ton per tahun. Produksi tersebut sudah melampaui kebutuhan cengkeh dalam negeri yang waktu itu sekitar 100.000 ton per tahun, sehingga terjadi kelebihan pasokan. Produksi cengkeh Indonesia sejak tahun 1996 mengalami penurunan sebagai dampak dari ketidak pastian harga yang menyebabkan petani enggan memelihara tanamannya. Berdasarkan data produksi cengkeh, khususnya tahun 2004 dan 2005 terjadi defisit pasokan, karena kebutuhan industri rokok kretek rata-rata 92.133 ton per tahun. 

Diperkirakan lima tahun mendatang, produksi cengkeh habis terserap untuk kebutuhan pabrik rokok. Potensi tanaman cengkeh yang belum dimanfaatkan secara optimal adalah daun cengkeh (daun gugur) dan tangkai bunga. Produk olahan yang dapat dihasilkan dari bunga, daun dan tangkai bunga (gagang) adalah (1) minyak cengkeh, (2) eugenol dari minyak cengkeh dan (3) senyawa turunan dari eugenol.

B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bagaimana bududaya tanaman cengkeh dan prospek pemasarannya di Indonesia.
2. Untuk mengetahui bagaimana cara meningkatkan prospek pemasaran cegkeh di Indonesia
C. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penulisan adalah sebagai berikut:

Manfaat Untuk Pembaca
Diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dan bahan informasi untuk menambah pengetahuan tentang bagaimana untuk memulai usahatani Labu siam (Sechium edule Sw.) dan me-manage usahatani labu siam.

Manfaat Untuk Pemerintah
Adapun manfaat untuk pemerintah adalah sebagai bahan masukan bagi pemerintah sehingga pemerintah dapat memperhatikan pentingnya peranan petani terutama petani labu siam dan mengetahui perkembangan pendapatan dan kelayakan usahatani labu siam di desa Barus Jahe

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. SEJARAH SINGKAT CENGKEH
Tanaman cengkeh (Syzigium aromaticum) merupakan tanaman perkebunan/industri berupa pohon dengan famili Myrtaceae. Asal tanaman cengkeh ini belum jelas, karena ada yang beberapa pendapat bahwa pohon cengkeh berasal dari Maluku Utara, Kepulauan Maluku, Philipina atau Irian. Di daerah kepulauan Maluku ditemukan tanaman cengkeh tertua di dunia dan daerah ini merupakan satu-satunya produsen cengceh terbesar di dunia.

Penyebaran tanaman cengkeh keluar pulau Maluku mulai sejak tahun 1769. Bibit tanaman ini mula-mula diselundupkan oleh seorang kapten dari Prancis ke Rumania, selanjutnya disebarkan ke Zanzibar dan Madagaskar. Penyebaran tanaman cengkeh ke wilayah Indonesia seperti Jawa, Sumatra, Kalimantan baru dimulai pada tahun 1870. Sampai saat ini tanaman cengkeh telah tersebar ke seluruh dunia.

Cengkeh dikenal sebagai tanaman rempah yang digunakan sebagai obat tradisional. Cengkeh termasuk salah satu penghasil minyak atsiri yang biasa digunakan sebagai bahan baku industri farmasi maupun industri makanan, sedangkan penggunaan yang terbanyak sebagai bahan baku rokok.
Varietas-varietas unggul yang ditanam:
1. Cengkeh Siputih:
Helai daun besar dan berwarna kuning atau hijau muda;
Cabang kurang rimbun;
Bunga besar, warna kuning dan berjumlah belasan per rumpun.
2. Cengkeh Sikotok:
Helai daun kecil, warna hijau sampai hijau tua kehitam-hitaman dan lebih mengkilap;
Cabang rimbun dan rendah, semua ranting tertutup daun;
Bunga kuning kemerahan, tiap rumpun 20-50 bunga.
3. Cengkeh Zanzibar:
Bentuk daun panjang ramping dan berwarna hijau gelap;
Bunga berwarna lebih merah dengan produksi tinggi;
Merupakan jenis terbaik.

Rebutan kekuasaan atas perdagangan komoditi cengkeh yang mirip dengan VOC juga berlangsung di bawah orde baru. Selama 1990–98 beroperasi sebuah kekuatan monopoli dagang, Badan Penyangga dan Pemasaran Cengkeh (BPPC). Keberadaan BPPC ini sempat menimbulkan konflik yang sengit dengan Gabungan Perserikatan Pabrik Rokok Indonesia (Gappri).

Dalam periode monopoli BPPC, luas lahan cengkeh menunjukkan kecenderungan yang menurun. Menciutnya lahan perkebunan cengkeh mencapai titik terendah pada tahun 2000 yang hanya seluas 415.598 hektare dalam rentang 1990–2007. Sesudah BPPC dibubarkan, harga cengkeh mulai pulih dan mendorong petani kembali aktif menanam cengkeh.

Secara keseluruhan, luas lahan cengkeh selama 2008–12 cenderung mengalami pertambahan, yaitu secara berturut-turut 456.471 hektar, 467.403 hektar, 470.041 hektar, 485.193 hektar, dan 485.304 hektar. Lahan untuk tanaman cengkeh yang paling luas tetap berada di Sulawesi Utara. Kendati luasnya stabil, namun masih ada sedikit fluktuatif, yaitu berturut-turut selama 2008–12, yaitu 74.383 hektar, 75.920 hektar, 73.891 hektar, 74.148 hektar, dan 74.162 hektar. Sedangkan Maluku dalam dua tahun terakhir mencapai luas 43.566 hektar.

Sejak lama Sulawesi Utara merupakan sentra produksi cengkeh terbesar di Pulau Sulawesi. Selain itu tersebar pula di Sulawesi Selatan dan Tengah.

Lahan terluas ditempati Sulawesi sebesar 39%, kemudian disusul Pulau Jawa (28%), dan Sumatera hanya 13%. Sedangkan Maluku yang pernah menjadi sasaran serangan VOC dalam perebutan kepentingan monopoli cengkeh sejak abad awal ke-17, bersama Papua dan Papua Barat sebesar 12%. Daerah penghasil cengkeh di Maluku meliputi Kecamatan Amahe, Kairatu, Seram Barat, Bula, Taniwel, Seram Utara, Werinama, Leihtu, Salahutu, pulau Haruku, Saparua, Nusa Laut, dan Tehoru. Tahun 1994, luas lahan tanaman cengkeh di Maluku Utara mencapai 38,000 hektar, namun merosot sampai hanya 20,090 hektar.
Sebagian besar perkebunan cengkeh adalah perkebunan rakyat, karena banyak kebun cengkeh dimiliki oleh para petani kecil. Selama periode 1990–2007, petani kecil menguasai sebagian besar lahan perkebunan cengkeh.

Sedangkan penguasaan lahan yang lebih sedikit dimiliki pemerintah dan swasta, dengan persentase sekitar 20%. Sebaliknya, sebanyak 80% lahan cengkeh justru dimiliki petani kecil, sehingga disebut juga sebagai perkebunan rakyat. Usaha tani cengkeh merupakan bidang usaha yang berlangsung secara independen dan sudah sejak lama dijalankan petani.


B. SYARAT PERTUMBUHAN
1. Iklim
Cengkeh menghendaki iklim yang panas dengan curah hujan cukup merata, karena tanaman ini tidak tahan kemarau panjang.
Angin yang terlalu kencang dapat merusak tajuk tanaman.
Curah hujan optimal bagi pertumbuhan tanaman cengkeh antara 1500-4500 mm/tahun.
Cengkeh menghendaki sinar matahari minimal 8 jam per hari.
Suhu yang optimal tanaman ini dikehendaki adalah 22-30 oC, dengan kelembaban udara antara 60-80%.
2. Media Tanam
Jenis tanah yang baik adalah latosol, andosol dan podsolik merah. Menyukai tanah gembur dengan drainase yang baik.
Derajat keasaman (pH) yang cocok untuk tanaman cengkeh adalah 5,5-5,6.
Kedalaman air tanah pada musim hujan tidak lebih dangkal dari 3 m dari permukaan tanah dan pada musim kemarau tidak lebih dari 8 m.
Tanah dengan kemiringan sampai 20% lebih baik dari tanah datar, karena dranasenya baik. Pada tanah itu harus dibuat parit dranase sedalam kurang lebih 1 m agar air meluap pada musim hujan dapat disalurkan ke arah lain.

3. Ketinggian Tempat
Tanaman cengkeh cocok pada ketinggin 0-900 m dpl. (paling optimum pada 300-600 m dpl) atau terletak pada ketingginan lebih dari 900 m dpl, dengan hamparan lahan yang menghadap laut.

C. TEKNIS BUDIDAYA
1. Pembibitan
Bibit harus sehat, memiliki batang yang kokoh dengan percabangan kuat, daun lebat, tidak terserang hama dan penyakit, permukaan batang, mulus berwarna kecoklatan, dan berbatang tunggal. Tinggi rata-rata 25-30 cm umur 1 tahun dan 50-75 cm umur 2 tahun.

2. Penanaman
Jarak tanam pada dataran rendah 7 x 7 m, 6 x 8 m atau 8 x 8m
Jarak tanam pada dataran tinggi 10 x 10 m atau 8 x 12 m.
Letak tanaman berurutan membentuk bujur sangkar atau persegi panjang.

3. Pengendalian Hama dan Penyakit.
Hama yang umum menyerang tanaman cengkeh adalah penggerek, perusak pucuk, perusak daun dan perusak akar. Sedangkan penyakit yang sering menyerang antara lain  Bakteri Pembuluh Kayu Cengkeh (BPKC), Cacar Daun Cengkeh (CDC), Die back (mati ranting), embun jelaga. Untuk pengendaliannya dapat digunakan insektisida/fungisida sesuai anjuran.

4. Panen
a.   Ciri dan Umur panen
Kepala bunga kelihatan sudah penuh, tetapi belum membuka.
Umur panen tanaman cengkeh adalah 4,5-8,5 tahun sejak disemaikan tergantung pada jenis lingkungan.
Waktu pemanenan ada beberapa tahap, yang pertama jika 50-60 % jumlah bunga yang ada di pohon telah matang petik. Pemetikan ini bisa diulangi lagi setiap 10-14 hari selama 3-4 bulan. Di Jawa, panen mulai Mei dan berakhir Juli-Agustus. Hal ini tergantung dari iklim setempat.
b.   Cara Panen
Sebelum pemetikan dimulai, alat yang perlu disiapkan adalah karung berukuran kecil atau keranjang bambu dan karung besar. Apabila tanaman sudah cukup tinggi dan bunganya tidak terjangkau oleh tangan, maka perlu disiapkan tangga segitiga berkaki empat. Pemetikan dengan memanjat pohon sangat tidak dianjurkan karena dapat merusak tajuk tanaman. Adapun cara petik adalah sebagai berikut:
Bunga cengkeh dipetik pertandan tepat diatas buku daun terakhirnya dengan menggunakan kuku jari atau pisau kecil yang tajam.
Daun terakhir / termuda yang berdekatan dengan bunga tidak boleh ikut terpetik agar tidak mengganggu pertumbuhan tunas berikutnya. Apabila daun ini ikut terpetik bisa mengurangi jumlah tunas 1/3-1/2 bagian.
Bunga yang sudah dipetik dimasukkan kedalam keranjang atau karung kecil yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Setelah penuh, bunga dimasukkan ke dalam karung besar untuk dibawa ke tempat pengolahan.

c.   Periode Panen
Tanaman cengkeh di Indonesia mempunyai periode produksi yang khas, yakni mempunyai jumlah produksi yang berfluktuasi menurut siklus tertentu. Pada tahun tertentu tanaman akan menghasilkan produksi yang banyak, dan pada tahun-tahun tertentu produksi bisa menurun sampai 10-40%. Pola produksi tanaman cengkeh bisa digolongkan menjadi pola siklus 2 tahun dan siklus 3-4 tahun.

Pola siklus 2 tahun umumnya terdapat daerah yang mendapat pengaruh nyata dari iklim laut. Pada siklus ini, tanaman akan berproduksi tinggi atau sedang pada tahun pertama, kemudian pada tahun berikutnya mernjadi rendah. Pada tahun berikutnya lagi, jumlah produksi akan kembali seperti tahun pertama.

Siklus 3-4 tahun umumnya terdapat daerah yang tidak dapat pengaruh iklim laut. Pada siklus ini produksi tinggi akan terulang setiap 3-4 tahun, dengan pola yang bervariasi.

D. KLASIFIKASI DAN STANDAR MUTU
Standar mutu cengkeh Indonesia adalah:
Ukuran: Sama rata
Warna: Coklat kehitaman
Bau: Tidak apek
Bahan asing maksimum: 0,5-1,0%
Gagang maksimum: 1,0-5,0%
Cengkih rusak maksimum: 0 %
Kadar air maksimum: 14,0%
Cengkeh inferior maksimum: 2-5%
Kadar Atsiri maksimum: 16-20%

E. FAKTOR KRITIS
Tanaman cengkih mempunyai dua masa kritis dalam siklus hidupnya, yaitu sebelum tanaman mencapai umur 3 tahun dan setelah berumur 8 tahun, terutama pada awal dan sesudah panen pertama.

Suhu maserasi dan jenis minyak nabati memberikan perbedaan rendemen eugenol. Keadaan cengkeh yang diserbukkan memberikan rendemen eugenol yang lebih tinggi dari cengkeh yang masih utuh.

Interaksi organ bunga cengkih dan 4 jam penyulingan (O3L4) mampu meningkatkan rendemen minyak atsiri tertinggi mencapai 6,77 (mg/100 g bahan) dan juga kadar air terendah mencapai 0,27 % dan bilangan asam yang terendah dicapai 2,03.

F. RENDEMEN
Minyak dari daun cengkeh jelek/low quality (daun cengkeh gugur yang mengalami pengeringan secara alami oleh matahari lalu terbasahi kembali oleh hujan, busuk, dan kembali kering oleh matahari, demikian seterusnya, serta sudah tidak wangi cengkeh) menghasilkan rendemen rata-rata 1,3%

Minyak dari daun cengkeh gugur kualitas baik (daun cengkeh yg murni kering matahari, tanpa terbasahi hujan, dan masih berbau harum cengkeh) menghasilkan rendemen rata-rata 3,6%. Minyak dari batang cengkeh (clove stem) menghasilkan rendemen rata-rata 5,0%.

BAB III
PEMBAHASAN

A. Perkembangan Perkebunan Cengkeh
Perkembangan perkebunan cengkeh hingga saat ini masih belum mengalami pemulihan seperti kondisi masa kejayaan. Hal ini terlihat dari areal yang baru mencapai sekitar 500.000 ha dari terbesar 700.000 ha pada awal 1990an, dengan produksi masih berfluktuasi sekitar 60.000 hingga 100.000 ton tiap tahun. Harga juga bergerak antara Rp 38.000 hingga Rp 120.000 per kg. Kondisi ini mencerminkan ketidakstabilan pasar yang sangat tinggi, sehingga risiko produksi cengkeh sangat tinggi.

Perkembangan perkebunan cengkeh tersebut terkait erat dengan perkembangan industri rokok kretek, yang mana sebagian besar produksi cengkeh diserap industri ini. Jika dilihat perkembangan produksi rokok kretek yang terus meningkat secara stabil, maka peningkatan konsumsi cengkeh juga mengalami hal yang sama, pada gilirannya dapat diperkirakan bahwa harga cengkeh berkecenderungan meningkat dalam jangka panjang, walaupun terjadi fluktuasi dalam jangka pendek karena fluktuasi pasokan. Pada kenyataannya kondisi pasar sangat tidak stabil baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

Kondisi pasokan cengkeh yang utamanya bersumber dari produksi cengkeh sangat fluktuatif, karena karakter alaminya cengkeh memang demikian, selain fluktuasi yang terjadi karena pengaruh iklim, baik La Nina (bulan basah dominan) maupun El Nino (bulan kering dominan).

Bila iklim normal cengkeh pada tahun tertentu bisa menghasilkan bunga dalam jumlah besar (panen raya), akibatnya setelah panen kondisi tanaman kurang optimal untuk berbunga pada tahun berikutnya. Pemulihan kondisi pada umumnya dua tahun, tetapi bila pemeliharaan tanaman kurang baik bisa tiga atau empat tahun. Dengan demikian panen raya berikutnya terjadi tiga hingga lima tahun. Produksi dapat terganggu bila iklim kurang menunjang.

Produksi cengkeh nasional pada tahun 2007-2011 masih kurang dari 100 ribu ton. Dengan membaiknya harga cengkeh dalam tiga tahun terakhir diharapkan petani akan terpanggil untuk memperbaiki kebun cengkehnya dengan memberikan pupuk untuk mendorong produksi pada tahun 2012 ini.

Kebetulan terjadinya La Nina pada tahun 2011 yang mengakibatkan panen yang kurang baik dan iklim kembali normal pada tahun 2012, diharapkan panen akan meningkat dan pada 2013 diharapkan akan terjadi panen raya akibat pemeliharaan yang baik pada tahun-tahun sebelumnya.

Fluktuasi dengan pola tahun-tahun sebelumnya terjadi tetapi dengan kecenderungan yang semakin meningkat akibat adanya perluasan yang terjadi dalam sepuluh tahun terakhir serta intensifikasi yang dilaksanakan oleh petani akibat membaiknya harga. Diperkirakan produksi dapat menembus 100 ribu ton pada tahun 2013 jika tidak terjadi penyimpangan iklim yang ekstrim.

Jika dianalisis lebih jauh tentang data produksi cengkeh nasional ini kemungkinan terlalu rendah. Hal ini terlihat dari perkiraan konsumsi cengkeh yang sudah menembus 100 ribu ton pada tahun 2010, dan sudah lebih dari 90 ribu ton dari beberapa tahun sebelumnya.

Sedangkan data produksi selalu berada dibawah konsumsi sampai 30 ribu ton pada tahun 2008 dan minimum 8 ribu ton pada 2010. Sumber pasokan cengkeh lainnya adalah dari stok yang disimpan oleh perusahaan rokok, tetapi tidak bisa terpenuhi jika defisit pasokan dalam jumlah besar terjadi beberapa tahun berturut-turut. Demikian juga impor cengkeh sangat terbatas, mengingat hanya Madagaskar sumber potensial cengkeh yang menurut berita kondisi pertanamannya juga kurang baik.

Jika dianalisis data produktivitas cengkeh yang berada sekitar 250 kg/ha, kemungkinan terlalu rendah. Memang diperlukan data lapangan yang lebih teliti dengan memantau produksi 100-120 pohon cengkeh selama lima tahun dan mengambil rata-rata produktivitasnya. Berdasarkan data konsumsi cengkeh seharusnya produktivitas rata-rata nasional 15-20% lebih dari perkiraan yang ada, atau antara 287-300 kg/ha.

Kebijakan untuk mendorong produksi cengkeh sangat perlu untuk dilaksanakan dengan memanfaatkan momen-tum harga cengkeh yang sangat baik pada saat ini. Program intensifikasi sangat memungkinkan untuk mendorong produksi secara cepat, melalui introduksi pembuatan pupuk organik dan pupuk hayati yang dapat dimanfaatkan petani dengan biaya yang relatif murah, selain mendorong petani untuk menyisihkan hasil penjualannya untuk perbaikan kondisi kebun cengkehnya.

Program rehabilitasi dan ekstensifikasi untuk mendorong produksi dalam jangka menengah. Yang harus dibantu kepada petani adalah penyediaan benih unggul. Seperti diketahui bahwa tanaman cengkeh relatif dapat menyesuaikan pada kondisi lingkungan yang luas (kosmopolit), sehingga varietas yang telah dilepas sekarang yaitu Cengkeh Afo, Karo, dan Gorontalo dapat dijadikan sebagai sumber benih komposit yang dapat beradaptasi secara luas.

Selain itu beberapa daerah memiliki blok penghasil tinggi yang juga dapat dijadikan sumber benih jika benih bina tidak mencukupi (Agus Wahyudi/Peneliti Balittro).

Prospek dan potensi tanaman cengkeh di Indonesia ke depannya akan semakin tinggi mengingat kebutuhan cengkeh dalam negeri maupun di pasar Internasional meningkat. Meskipun tahun-tahun terakhir produksi cengkeh naik turun tetapi keberadaan cengkeh masih menjadi komoditas penting di Indonesia. Saat ini Indonesia merupakan negara produsen, sekaligus konsumen cengkeh terbesar di dunia. Dua negara lain yang cukup potensial sebagai penghasil cengkeh adalah Madagaskar dan Zanzibar (Tanzania) yang total produksinya sekitar 20.000 – 27.000 ton/tahun. Disamping itu ada enam negara sebagai produsen kecil yaitu Comoros, Srilanka, Malaysia, Cina, Grenada, Kenya dan Togo dengan total produksi sekitar 5.000 – 7.000 ton/tahun. Arah pengembangan tanaman cengkeh dapat dibagi menjadi tiga, yaitu usaha pertanian primer, usaha agribisnis hulu dan usaha agribisnis hilir (Deptan, 2007).

a. Usaha Pertanian Primer
Pada usaha pertanian primer, cengkeh di Indonesia lebih diutamakan sebagai bahan baku industri rokok kretek. Rokok kretek merupakan rokok yang terbuat dari campuran tembakau dan cengkeh. Sejarah penggunaan cengkeh untuk rokok diawali pada akhir abad ke-19 di Kudus dan berkembang pesat di awal abad ke-20 dengan berkembangnya industri rokok kretek. Perkembangan itu sekaligus merubah posisi Indonesia dari negara asal dan pengekspor terbesar menjadi produsen dan pengguna cengkeh terbesar. 

b. Usaha Agribisnis Hulu
Usaha agribisnis hulu berkaitan dengan penyediaan sarana produksi dalam budidaya tanaman cengkeh. Di awal tahun 2000, peremajaan tanaman cengkeh yang rusak atau tidak produktif lagi mulai digalakkan oleh pemerintah. Berbagai kebijakan diberlakukan dalam rangka intensifikasi dan peningkatan produktivitas tanaman. Kegiatan tersebut mendorong beberapa petani untuk melakukan usaha pembibitan meskipun dalam skala kecil terutama di Pulau Jawa, Bali dan Sulawesi Utara. Pembibitan oleh petani dilakukan dengan cara menyemaikan benih dalam polibag dengan menggunakan biji asalan sebagai sumber benih. Setelah berumur 1 – 2 tahun, bibit dipasarkan ke petani sekitar atau digunakan sendiri untuk rehabilitasi/menyulam kebunnya. Selain itu agribisnis hulu juga berkembang dalam penyediaan alat dan mesin pertanian untuk industri cengkeh.

c. Usaha Agribisnis Hilir
Selain digunakan sebagai bahan baku rokok, bunga, gagang dan daun cengkeh dapat disuling menghasilkan minyak cengkeh yang mengandung eugenol. Hal inilah yang kemudian berkembang sebagai produk sampingan cengkeh dalam agribisnis hilir. Pasokan minyak cengkeh Indonesia ke pasar dunia cukup besar yaitu lebih dari 60% kebutuhan dunia. Minyak cengkeh merupakan hasil penyulingan serbuk bunga cengkeh kering. Minyak atsiri jenis ini memiliki pasaran yang luas di industri farmasi, penyedap masakan dan wewangian. Salah satu sentra minyak atsiri di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta adalah Kabupaten Kulon Progo, tepatnya di Kecamatan Samigaluh. Di kecamatan tersebut terdapat kelompok usaha minyak atsiri yang terdiri dari 22 (dua puluh dua) pengusaha kecil. Sebagian besar minyak atsiri yang dihasilkan adalah minyak daun cengkeh. Tanaman cengkeh dapat digunakan untuk menghasilkan minyak cengkeh (clove oil), minyak tangkai cengkeh (clove stem oil), dan minyak daun cengkeh (clove leaf oil).

Perhatian pemerintah daerah terhadap industri minyak daun cengkeh cukup baik. Pemerintah melalui Departemen Pertanian telah memberikan pelatihan-pelatihan mengenai pengembangan usaha minyak atsiri termasuk minyak daun cengkeh untuk meningkatkan daya saing minyak atsiri melalui peningkatan mutu, harga yang kompetitif dan keberlanjutan suplai melalui pembinaan yang terintegrasi oleh instansi terkait. Industri minyak daun cengkeh ini tidak saja memproduksi minyak daun cengkeh sebagai komoditas ekspor yang menghasilkan devisa, tetapi juga menyerap tenaga kerja yang cukup banyak. Setiap unit usaha dapat menyerap tenaga kerja rata-rata 6 orang di unit penyulingannya dan seratus orang lebih sebagai tenaga pencari (pengumpul) daun cengkeh. 

B. Usaha Meningkatkan Perkembangan Agroindustri Cengkeh
Potensi dan prospek pengembangan agroindustri cengkeh mengacu pada pohon industri cengkeh. Saat ini Indonesia merupakan negara produsen, sekaligus konsumen cengkeh terbesar di dunia. Dua negara lain yang cukup potensial sebagai penghasil cengkeh adalah Madagaskar dan Zanzibar (Tanzania) yang total produksinya sekitar 15.000 ton/tahun. Usaha agribisnis hilir yang dapat dilakukan meliputi:
Peningkatan mutu bunga cengkeh kering melalui perbaikan penanganan pascapanen (perontokan, sortasi basah untuk memisahkan bunga dan tangkai bunga dan kotoran, pengeringan bunga dan tangkai bunga, pengemasan dan penyimpanan).
Peningkatan produksi dan mutu tepung bunga cengkeh sebagai rempah bumbu untuk konsumsi rumah tangga dan industri makanan.
Peningkatan produksi dan mutu minyak daun cengkeh (dan gagang/tangkai bunga), melalui perbaikan teknologi penyulingan (destilasi) minyak.
Diversifikasi produk minyak daun cengkeh melalui peningkatan produksi dan mutu eugenol, dengan perbaikan teknologi isolasi eugenol.
Diversifikasi produk minyak daun cengkeh melalui peningkatan produksi dan mutu pestisida nabati (fungisida dan insektisida).

C. Tujuan Melakukan Investasi Cengkeh
Tujuan melakukan investasi agribinis cengkeh adalah:
1) Membuka kesempatan kerja,
2) Meningkatkan pendapatan petani,
3) Meningkatkan pemanfaatan produk tanaman cengkeh secara berkelanjutan untuk mendapatkan nilai tambah,
4) Mendorong pengembangan ekonomi wilayah,
5) Meningkatkan pendapatan/devisa negara.
6) Sasaran yang ingin dicapai dalam investasi mencakup:
7) Menjaga keseimbangan supply dan demand cengkeh untuk pabrik rokok kretek,
8) Menciptakan hubungan kemitraan yang adil dan harmonis antara petani dan industri rokok/pedagang agar tercapai kesepakatan harga yang menguntungkan semua pihak,
9) Meningkatkan nilai tambah cengkeh melalui diversifikasi produk cengkeh.


BAB IV
KESIMPULAN

1. Prospek dan potensi tanaman cengkeh di Indonesia ke depannya akan semakin tinggi mengingat kebutuhan cengkeh dalam negeri maupun di pasar Internasional meningkat. Meskipun tahun-tahun terakhir produksi cengkeh naik turun tetapi keberadaan cengkeh masih menjadi komoditas penting di Indonesia
2. Saat ini Indonesia merupakan negara produsen, sekaligus konsumen cengkeh terbesar di dunia, maka dari itu untuk memenuhi semua kebutuhan cengkeh dalam negeri dan untuk menjadi produsen cengkeh terbesar di dunia maka yang perlua dialkukan adlaha: Peningkatan mutu bunga cengkeh kering, Peningkatan produksi dan mutu tepung bunga cengkeh, Peningkatan produksi dan mutu minyak daun cengkeh (dan gagang/tangkai bunga), Diversifikasi produk minyak daun cengkeh, Diversifikasi produk minyak daun cengkeh melalui peningkatan produksi dan mutu pestisida nabati (fungisida dan insektisida).
3. Tujuan melakukan investasi agribinis cengkeh adalah: Membuka kesempatan kerja, Meningkatkan pendapatan petani, Meningkatkan pemanfaatan produk tanaman cengkeh secara berkelanjutan untuk mendapatkan nilai tambah, Mendorong pengembangan ekonomi wilayah, Meningkatkan pendapatan/devisa negara. 
4. Sasaran yang ingin dicapai dalam investasi mencakup: Menjaga keseimbangan supply dan demand cengkeh untuk pabrik rokok kretek, Menciptakan hubungan kemitraan yang adil dan harmonis antara petani dan industri rokok/pedagang agar tercapai kesepakatan harga yang menguntungkan semua pihak, Meningkatkan nilai tambah cengkeh melalui diversifikasi produk cengkeh.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.anakagronomy.com/2013/08/prospek-dan-potensi-tanaman-cengkeh-di.html
http://membunuhindonesia.net/2016/02/perkebunan-cengkeh-adalah-perkebunan-rakyat/
http://krueng-cengkeh.blogspot.co.id/
Infotek Perkebunan Volume 4, Nomor 12, Desember 2012
http://perkebunan.litbang.pertanian.go.id/?p=4219
Dikutip dari jurnal Budidaya Cengkeh. Penulis: Muhandas Rifqi Wikana, Dwi Ayu Setyawati, Siska Ernitawati, Priska Widyaningrum, Nabilla Dias Faradila. Mahasiswa Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Radjab Suryadi, Dampak Pengendalian Tembakau terhadap Hak-Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya, h.79-82.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar